Review Photoshop AI Terbaru: Gemini 2.5 vs Flux vs Firefly (Mana Terbaik?)

PHOTOSHOP AI TERBARU


Hari ini saya ingin bahas sesuatu yang menurut saya jadi perubahan paling besar di Photoshop sejak Adobe pertama kali memperkenalkan kecerdasan buatan (AI) ke dalam software ini. Kalau dulu kita cuma bisa mengandalkan Firefly, sekarang ada “pemain baru” yang bikin editing foto terasa jauh lebih fleksibel dan… jujur aja, agak mind-blowing.

Ya, Photoshop Beta kini sudah mendukung multi AI model. Bukan cuma Firefly, tapi juga Google Gemini 2.5 Nano Banana (iya, namanya cukup unik) dan Flux Content Pro. Kedua model ini sekarang bisa langsung kita gunakan tanpa harus keluar dari Photoshop. Buat saya pribadi yang sudah lama ngulik Photoshop, ini terasa seperti lompatan besar ke dunia baru dalam dunia editing.

Apa Bedanya dengan Firefly?

Sebelum update ini, Firefly adalah satu-satunya AI bawaan di Photoshop. Kelebihannya, Firefly aman secara komersial (artinya hasil edit bisa langsung dipakai untuk proyek bisnis tanpa masalah lisensi). Tapi, dari sisi hasil, Firefly sering terasa standar.

Nah, ketika mencoba Gemini 2.5 Nano Banana, saya merasa hasilnya lebih “hidup” dan natural. Cara interaksi dengan prompt juga lebih kontekstual. Jadi, alih-alih mengetikkan perintah kaku seperti “add clouds”, kita bisa nulis perintah seolah sedang ngobrol dengan editor:

“Tambahkan awan di langit, hapus logo Nike di baju, dan ubah sepatu jadi warna hitam.”

Hasilnya? Semua permintaan itu bisa dikerjakan dalam satu kali prompt.

Sementara itu, Flux lebih unggul kalau tugasnya berhubungan dengan teks dan tipografi. Jadi, kalau ada pekerjaan yang butuh integrasi teks dalam gambar, Flux terasa lebih rapi dibanding Gemini. Tapi kalau bicara soal natural look dan gaya realistis, saya lebih sering balik lagi ke Gemini.

Cara Menggunakan Model AI Baru di Photoshop Beta

Kalau kamu sudah update Photoshop Beta ke versi terbaru, caranya sebenarnya sederhana:

  1. Buka gambar yang mau diedit.

  2. Pilih seluruh area gambar (Ctrl/Command + A).

  3. Klik Generative Fill di contextual taskbar.

  4. Tulis perintah yang kamu inginkan di kolom teks (anggap saja seperti chat dengan editor).

  5. Pilih model AI (Gemini 2.5, Flux, atau Firefly).

  6. Klik Generate dan tunggu hasilnya.

Setiap kali klik generate, sistem akan memotong 1 generative credit. Jadi, kalau sering eksperimen, pastikan kamu masih punya jatah.

Contoh Kasus: Dari Logo Hilang Sampai Apartemen Berisi Furnitur

Mari kita lihat beberapa contoh penggunaan yang menurut saya bikin update ini menarik:

1. Menghapus Logo + Menambahkan Elemen Sekaligus

Biasanya, kalau mau hapus logo brand dari baju dan menambahkan awan ke langit, kita perlu pakai dua tools berbeda. Sekarang? Cukup ketikkan prompt:

“Hapus logo Nike di baju dan tambahkan awan dramatis di langit.”

Sekali klik, dua-duanya langsung beres.

2. Apartemen Kosong Jadi Instagramable

Bayangkan kamu baru pindah ke apartemen kosong. Kamu penasaran kalau ruangan ini diisi furnitur bergaya mid-century modern bakal kelihatan seperti apa.

Cukup ketik:

“Fill the room with mid-century modern furniture beautifully styled.”

Gemini akan langsung mengisi ruangan dengan furnitur, lengkap dengan detail kecil seperti dekorasi di rak yang sudah ada. Sementara Firefly hanya menghasilkan gambar random furnitur tanpa memahami konteks ruangan asli.

3. Ganti Lokasi dan Pencahayaan Foto Studio

Foto studio dengan lighting biru bisa langsung diubah menjadi foto outdoor dengan pencahayaan senja. Misalnya:

“Change the lighting to a beautiful sunset and place her in an arctic tundra.”

Hasilnya? Subjek tetap terlihat natural dengan cahaya senja yang menyatu dengan background tundra bersalju. Jujur, kalau pakai manual tools, butuh skill tinggi dan waktu lama untuk dapat hasil serupa.

4. Efek Polaroid Instan

Buat yang suka gaya retro, cukup ketik:

“Place the photograph into a Polaroid frame and add realistic film effects.”

AI langsung kasih efek lengkap dengan light leak dan background kayu. Kalau dikerjakan manual, tentu butuh layer, filter, dan adjustment yang rumit.

5. Eksperimen Kreatif: Rambut, Pakaian, Hingga Properti

Mulai dari mengganti warna rambut subjek jadi pirang, menambahkan topi, sampai mengganti komputer dengan smartphone di tangan model—semua bisa dilakukan dengan sekali ketik. Memang ada beberapa glitch lucu (contohnya subjek punya tiga tangan), tapi secara umum hasilnya sudah jauh melampaui generasi AI sebelumnya.

Plus Minus AI Editing di Photoshop

Sebelum terlalu terbuai, mari kita bicara jujur soal kelebihan dan kekurangannya.

Kelebihan:

  • Bisa melakukan banyak perubahan dalam satu perintah.

  • Hasil lebih realistis dibanding Firefly lama.

  • Memahami konteks gambar, bukan sekadar tempelan.

  • Cocok untuk eksplorasi ide kreatif secara cepat.

Kekurangan:

  • Tetap butuh generative credits.

  • Tidak selalu sempurna (contoh: fringing di background, wajah berubah sedikit).

  • Kadang hasilnya terlalu “halusinasi” alias tidak sesuai kenyataan.

  • Masih lebih lambat dibanding skill manual kalau tujuannya presisi penuh.

Apa Artinya Buat Dunia Kreatif?

Sebagai seseorang yang sudah bertahun-tahun pakai Photoshop, saya merasa update ini bukan sekadar fitur tambahan, tapi perubahan paradigma. Dulu, editing foto butuh teknik manual, kesabaran, dan ketelitian. Sekarang, cukup dengan menulis prompt, kita bisa menghemat waktu berjam-jam.

Apakah ini berarti fotografer atau editor kehilangan relevansi? Menurut saya tidak. Justru, AI akan membuat kita punya lebih banyak ruang untuk hal-hal kreatif yang tidak bisa digantikan mesin. Editing teknis bisa diotomatisasi, tapi rasa seni, visi, dan storytelling visual tetap milik manusia.

Saya percaya semakin canggih AI, semakin orang mencari keaslian—foto asli, karya manual, atau pengalaman kreatif yang nyata. Jadi, bukannya menghapus kreativitas manusia, AI justru bisa jadi pendorong kita untuk menciptakan hal-hal yang lebih personal.

Kesimpulan

Photoshop Beta dengan dukungan Gemini 2.5 Nano Banana dan Flux Content Pro adalah tonggak baru dalam dunia editing. Hasilnya memang belum sempurna, tapi sudah cukup untuk disebut revolusi. Dari sekadar menghapus logo hingga mengubah suasana foto total, semua bisa dilakukan hanya dengan perintah teks.

Apakah ini kabar baik atau buruk? Tergantung cara kita melihatnya. Kalau dianggap ancaman, mungkin terasa menakutkan. Tapi kalau dilihat sebagai alat bantu, Photoshop AI ini justru membuka kemungkinan tak terbatas bagi kreator visual.

Saya sendiri merasa campur aduk: antara kagum, agak takut, tapi juga sangat penasaran untuk terus bereksperimen. Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu siap menyambut era baru Photoshop ini, atau justru merasa skill manual lebih berharga?


VIDEO

Post a Comment for "Review Photoshop AI Terbaru: Gemini 2.5 vs Flux vs Firefly (Mana Terbaik?)"