3 Pengumuman Besar Blackmagic Design yang Mengubah Dunia Editing & Sinematografi



Kalau bicara soal dunia kamera dan software editing, rasanya dua minggu terakhir ini seperti ajang pesta besar. Nikon, Canon, Fujifilm—semuanya berbondong-bondong mengeluarkan update dan produk baru yang bikin para filmmaker sibuk ngiler sambil mikir, “duit dari mana ya buat upgrade?”

Tapi di tengah hiruk-pikuk itu, ada satu pemain yang diam-diam bikin gebrakan cukup heboh: Blackmagic Design. Dalam rentang waktu hanya dua minggu, mereka meluncurkan tiga pengumuman besar yang langsung jadi bahan obrolan di komunitas kreator.

Kalau kamu pengguna DaVinci Resolve atau sempat kepikiran punya kamera URSA, kabar ini wajib banget kamu simak. Jadi mari kita bahas satu per satu.


1. DaVinci Resolve Studio Kini Bisa Sewa Bulanan

Pertama, kabar yang paling bikin jantung deg-degan: DaVinci Resolve Studio sekarang tersedia dengan model rental.



Biasanya, kita beli lisensi permanen dengan harga sekitar $325 (sekali bayar, pakai seumur hidup). Tapi sekarang, Blackmagic kasih opsi sewa bulanan $30 lewat layanan Blackmagic Cloud.

Sekilas, ini langsung bikin flashback ke trauma lama dengan Adobe. Jujur aja, banyak kreator merasa seperti “diperas” dengan model langganan Adobe, di mana tiap bulan uang ngalir ke mereka, padahal fitur yang kita pakai nggak banyak berubah sejak zaman kuliah dulu.

Nah, begitu dengar kata rental, saya juga sempat mikir: “Waduh, jangan-jangan ini awal mula Blackmagic ikut-ikutan subscription full model kayak Adobe.” Tapi ternyata, kabar baiknya: opsi beli sekali bayar tetap ada. Jadi model sewa ini lebih ke tambahan, bukan pengganti.

Kenapa Opsi Rental Ini Masuk Akal?

Bayangkan kamu lagi ngerjain project film, terus butuh kolaborasi sama editor tambahan, sound designer, atau colorist. Masalahnya, mereka nggak punya DaVinci Resolve Studio.

Selama ini ada 3 pilihan:

  1. Export project ke format lain (ribet dan berpotensi bikin error).

  2. Ikut alur kerja mereka (berarti ganti software, nggak efisien).

  3. Bayarin mereka lisensi full seharga $325 (lumayan bikin kantong bolong).

Nah, dengan model sewa ini, cukup $30/bulan. Kalau project selesai dalam 1–2 bulan, kamu cuma keluar $30–$60 untuk bawa kolaborator masuk ke workflow kamu. Murah banget dibanding harus beli lisensi penuh.

Artinya, buat project kolaborasi jangka pendek, ini solusi yang cerdas. Selama Blackmagic nggak tiba-tiba menghapus opsi beli permanen, saya rasa ini justru langkah positif.


2. Dukungan Apple ProRes RAW di DaVinci Resolve Studio



Pengumuman kedua: DaVinci Resolve Studio sekarang bisa baca dan edit Apple ProRes RAW.

Buat yang belum paham, ini cukup besar. Selama ini, pengguna sering terjebak harus pilih salah satu:

  • Kalau pakai Adobe Premiere, bisa main dengan ProRes RAW, tapi nggak bisa pakai Blackmagic RAW.

  • Kalau pakai DaVinci Resolve, bisa main dengan Blackmagic RAW, tapi nggak bisa ProRes RAW.

Kondisi ini bikin workflow jadi ribet, apalagi kalau kolaborasi lintas kamera dan software.

Saya pribadi, karena user setia Resolve, akhirnya malas pakai ProRes RAW sama sekali. Tapi dengan update baru ini, pilihannya jadi lebih fleksibel: mau syuting pakai Blackmagic RAW, ProRes RAW, atau ARRIRAW, semua bisa masuk Resolve tanpa drama.

Apa Artinya Buat Kreator?

  • Lebih bebas pilih kamera. Mau pakai kamera Apple-friendly atau Blackmagic sendiri, semua format bisa masuk.

  • Workflow lebih mulus. Nggak perlu lagi export-import ke software lain hanya demi kompatibilitas.

  • Resolve makin jadi all-in-one platform. Editing, grading, sound, VFX, sekarang ditambah dukungan format luas.

Kalau dipikir-pikir, ini juga bisa jadi tanda makin dekatnya hubungan Blackmagic dengan Apple. Dan buat kita sebagai user, ini jelas kemenangan besar.


3. Harga Kamera URSA Cine Turun Drastis



Nah, kabar ketiga ini mungkin yang paling bikin mata berbinar-binar: harga kamera URSA Cine turun besar-besaran.

Lihat sendiri daftarnya (USD):

  • URSA Cine 12K LF: dari $14,995$9,495

  • URSA Cine 12K LF + EVF: dari $16,495$10,995

  • URSA Cine 17K 65: dari $29,995$22,995

  • URSA Cine 17K 65 + EVF: dari $31,495$24,495

Bisa dibilang ini potongan harga ribuan dolar.

Kenapa Ini Penting?

URSA Cine sudah lama dikenal sebagai kamera dengan value tinggi. Bandingkan dengan produsen lain yang kamera crop sensor-nya saja bisa tembus harga belasan ribu dolar, Blackmagic justru kasih kamera large format 17K di bawah $25 ribu.

Buat filmmaker indie atau studio kecil, ini seperti pintu masuk ke dunia high-end cinema tanpa harus jual rumah dulu. Memang, $20 ribuan bukan angka receh. Tapi di dunia sinema, ini tergolong steal deal.


Jadi, Apa Makna dari 3 Kabar Ini?

Kalau ditarik garis besar, strategi Blackmagic kali ini bisa dilihat dari 3 sudut:

  1. Fleksibilitas software → dengan rental license dan dukungan format RAW yang lebih luas.

  2. Aksesibilitas hardware → dengan potongan harga kamera yang bikin filmmaker kecil pun punya peluang main di level tinggi.

  3. Kepedulian terhadap komunitas → mereka jelas ingin produk mereka tetap terjangkau tanpa mengorbankan kualitas.

Dan yang paling penting: mereka nggak kejebak subscription-only model ala Adobe. Selama itu nggak terjadi, banyak kreator yang akan tetap loyal.

Dalam dua minggu terakhir, Blackmagic Design berhasil membuktikan diri bukan hanya sebagai pemain software atau kamera, tapi juga game changer yang peduli dengan realita pengguna di lapangan.

  • Mau kolaborasi? Ada opsi rental.

  • Mau bebas format? Ada dukungan ProRes RAW.

  • Mau kamera high-end? Ada URSA dengan harga lebih ramah.

Jadi buat kamu yang baru mau mulai serius di dunia film atau sudah lama ngidam kamera sinema, ini saatnya melirik Blackmagic lebih dekat. Karena jelas, mereka lagi serius bikin dunia kreatif lebih terbuka dan terjangkau.

Post a Comment for "3 Pengumuman Besar Blackmagic Design yang Mengubah Dunia Editing & Sinematografi"